Kuliah Tamu Pengasuhan Anak dengan Tema "Parenting And The Issues"

(Senin, 10/5). Tim Dosen Mata Kuliah Pengasuhan Anak (Isti Yuni Purwanti, M.Pd. dan Yuli Nurmalasari, M.Pd.) menyelenggarakan perkuliahan tamu dengan tema “Parenting and The Issues” yang dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2021 secara virtual melalui zoom meeting. Perkuliahan ini menghadirkan Dosen Ilmu Komunikasi FIS UNY yang merupakan orang tua dari anak Gifted, Dyna Herlina Suwarto, M.Sc. dan Staf Analis Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Deputi Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Widyasunu Jalu Kuncoro, S.Pd. yang juga merupakan alumni Bimbingan dan Konseling UNY sebagai pemateri.

Pemateri pertama, Dyna, sapaan beliau, membagikan cerita beliau sebagai seorang ibu yang memiliki seorang anak Gifted. Jika terdapat sembilan jenis kecerdasan, anak Bu Dyna memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi. Ia menguasai materi pelajaran di atas usia dan tingkatan kelas yang seharusnya. Namun dengan kecerdasan inter-intrapersonal yang rendah. Beliau menjelaskan mengenai bagaimana mulanya mendeteksi sang anak yang ternyata tergolong anak berkebutuhan khusus, memulai perjuangan mengunjungi psikolog dan melakukan terapi terhadap sang anak, memberikan pemahaman terkait kondisi Gifted sang anak kepada keluarga, orang terdekat, bahkan suami sekali pun, yang tentu sulit menerima pada mulanya.

Meskipun sempat mengupayakan agar sang anak masuk ke dalam kelas akselerasi di sekolahnya dan ditolak, pelan-pelan guru kelasnya bekerja sama dan bersedia memberi penyesuaian terhadap materi yang akan diberikan kepada anak itu, yang tentu berbeda dengan anak lainnya. Lebih lanjut beliau bercerita tentang proses dan progress sang anak yang akhirnya mampu menerima dan merasa rindu akan teman-temannya baru setelah lima tahun berada di kelas yang sama. Hal ini tentu berbeda dengan yang dialami oleh anak-anak pada umumnya. Kemudian beliau juga membagikan kisahnya dengan sang anak yang kemudian harus beradaptasi lagi di negara yang berbeda, Inggris, tempat ibunya menimba ilmu. Terlepas dari itu semua, tentu yang terpenting adalah memberi pola asuh kepada anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan sang anak. Penerimaan yang besar tentu menjadi awal mula dari proses belajar orang tua khususnya ibu untuk terus menemukan pola yang tepat untuk anaknya.

Kemudian di sesi kedua, penyampaian materi oleh Mas Janu, beliau mengingatkan kembali mengenai hak-hak anak yang kerap kali luput dari kita bersama. Awal mula adanya hak-hak anak, yaitu sejak adanya Konvensi Hak-hak Anak PBB Tahun 1989 yang terdiri dari 10 hak yaitu hak untuk bermain, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk mendapatkan status kebangsaan, hak untuk mendapatkan makanan, hak untuk mendapatkan akses kesehatan, hak untuk mendapatkan rekreasi, hak untuk mendapatkan kesamaan, hak untuk berperan dalam pembangunan.

Lebih daripada itu masih banyak hak-hak anak lainnya. Namun, menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sekitar tahun 2018 menerima pengaduan kasus di bidang pendidikan sebanyak 451, kasus di bidang sosial dan anak dalam situasi darurat sebanyak 302, dan masih banyak kasus lainnya. Banyaknya kasus terlapor tersebut cukup menjadi refleksi kita bersama terhadap pemenuhan hak-hak anak.  Anak merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa serta sebagai sumber daya manusia di masa depan merupakan modal bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan. Sudahkah para orang tua telah memenuhi hak-hak anak ini?

Perkuliahan tamu yang lebih memuat materi mengenai pengalaman riil dan refleksi bersama ini diikuti oleh dua kelas BK UNY angkatan 2018 serta beberapa dosen dari fakultas bahkan universtas lain, yang kurang lebih dihadiri oleh 60 peserta. Acara dipandu oleh Ibu Isti Yuni Purwanti, M.Pd. untuk sesi pertama dan oleh Ibu Yuli Nurmalasari, M.Pd. untuk sesi terakhir. (Putri Milenia Gusdian/end)